TONDANO – Film sangat penting untuk menginspirasi generasi muda dalam rangka melestarikan budaya. Hal ini disampaikan Kepala Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XVII, Sri Sugiharta, S.S., M.P.A., yang hadir mewakili Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Dikbudristek) dalam Festival Film Wanua (FFW) yang digelar di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 3 Tondano, Kembuan, Senin (30/1/2023).
“Kita patut bersyukur kepada Tuhan, kita bisa berkumpul di sini untuk sama-sama menghadiri atau menyaksikan Festival Film Wanua,” kata Sri, saat memberikan sambutan di hadapan undangan dan 700-an peserta yang hadir.
Ia menuturkan, dalam FFW ini peserta bisa menyaksikan beberapa film yang menjadi media untuk melihat bagaimana budaya ditransformasikan dalam bentuk film atau dalam bentuk media audio visual.
“Kita berharap dengan pemutaran film ini, terutama kepada adik-adik sekalian, ini menjadi inspirasi bagi kita semua, untuk bagaimana kita melestarikan budaya kita melalui media. Bagaimana kita mendokumentasikan budaya kita, kemudian mempublikasikan budaya kita melalui media,” jelas Sri yang mengaku baru pertama kali menjalankan tugas di wilayah Sulawesi Utara.
Dijelaskan, hari ini sangat penting untuk mendokumentasikan dan mempublikasikan kekayaan budaya lewat media seperti film.
“Karena apa, karena sekarang di era media digital seperti ini, mungkin bagaimanapun uniknya budaya kita, bagaimanapun kekayaan budaya kita, kalau kita tidak dokumentasikan, kemudian kita tidak publikasikan lewat media-media yang ada, termasuk film, itu tidak akan dikenal oleh orang lain,” terangnya.
Upaya mendokumentasikan dan mempublikasikan dipastikan akan sangat bermanfaat bagi upaya pelestarian budaya.
“Dengan mendokumentasikan ini secara langsung, kita juga melestarikan apa yang kita punya. Karena budaya ini kalau kita tidak kenal, kita tidak pakai sehari-hari, nanti lama-lama tidak akan dianggap sebagai budaya kita,” tandasnya.
Ia pun berharap, FFW akan bisa menjadi inspirasi bagi para generasi muda untuk melestarikan dan memperkenalkan budaya.
“Jadi sekali lagi saya ingin menyampaikan, mudah-mudahan festival yang diselenggarakan di sekolah kita ini, menjadi momen baik bagi kita untuk menjadi inspirasi dan menjadi bekal bagi adik-adik sekalian di masa mendatang, dan bagaimana menjadikan film ini sebagai media yang baik untuk memperkenalkan budaya kita,” jelasnya.
Dalam sambutannya, atas nama Kemendikbudristek, Sri mengapresiasi Pusat Kajian Kebudayaan Indonesia Timur (Pukkat) dan SMA Negeri 3 Tondano yang telah memfasilitasi kegiatan ini.
“Saya memberikan selamat kepada Pusat Kajian Kebudayaan Indonesia Timur yang sudah memfasilitasi festival ini, yang bisa menyelenggarakan festival film di sekolah ini. Juga kepada Pak Deny Pakasi, Kepala Sekolah dan para guru sekalian yang sudah bersedia untuk memfasilitasi SMA Negeri 3 Tondano sebagai tempat untuk menjalankan festival film ini,” kata Sri.
Diketahui, Pukkat didukung Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), Dana Indonesiana dan Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP), lewat Program Sinema Mikro menggelar sebuah rangkaian kegiatan festival film sebagai wadah ekspresi, apresiasi dan edukasi. Festival film ini diberi tema: “Festival Film Wanua”.
FFW merupakan rangkaian kegiatan yang terdiri dari: sosialisasi dan pendataan sineas, komunitas film dan karyanya, penulisan buku profil filmmaker atau komunitas film dan materi karyanya, pemutaran film dan diskusi keliling di enam lokasi berbeda di tanah Minahasa, seminar film yang membahas tentang proses kreatif, isi dan tema film, kemudian puncak festival yang akan dijadikan ruang apresiasi dan launching buku.
Dalam kegiatan yang dipandu Rikson Karundeng dan Kafein Wuisan ini, turut hadir dan memberikan dukungan, Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Minahasa, Dr. Drs. Dolfie Kuron, M.B.A., M.Th., bersama Sekretaris Dinas Telma Lapian, Camat Tondano Utara, Thelma Torar, S.Sos, Hukum Tua (Kepala Desa) Desa Kembuan, Olke Teske Walalangi, Kepsek SMA Negeri 3 Tondano, Drs. Deny Pakasi, M.Kes., beserta Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan Willem Yamrewaf, S.Pd., dan para guru, Ketua Pukkat, Dr. Denni Pinontoan, M.Teol., beserta pengurus dan para peneliti Pukkat lainnya.
Hadir juga sebagai pemateri dalam talkshow bertajuk “Wanua: Pusat Kreativitas Para Sineas dan Komunitas Film di Sulawesi Utara”, sejumlah sineas seperti Wensilaus Fatubun, Rendy Iroth, Vidi Sorongan dari Manado Expression, Lefrando Gosal bersama komunitas film GMIM Moria Sasaran, serta para sineas dari Smart Theater, SinemaFotografi, Design Grafis SMART SMA Negeri 3 Tondano.