Penulis: Sian Langi
Tomohon – Kamis (12/08/2021), digelar vaksinasi tahap dua di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Kristen Tomohon. Hal menarik, ada sejumlah siswa difabel yang tampak ikut divaksin.
Kepala Sekolah SMP Kristen Tomohon, Johny Roring, S.Pd., M.Pd.K., menjelaskan jika sekolah mereka memang melayani beberapa siswa difabel.
“Memang di sekolah ini ada berapa yang kami layani itu disabilitas. Ada tiga siswa yang kami layani itu dengan inklusi (sebuah pendekatan untuk membangun lingkungan yang terbuka untuk siapa saja dengan latar belakang dan kondisi yang berbeda-beda),” kata Roring.
Jadi siswa-siswa tersebut belajar seperti biasa, tidak disendirikan supaya tidak mendatangkan rasa minder.
“Guru tentu punya cara bagaimana penanganan bagi mereka. Kami juga kebetulan ada guru psikolog di sini. Itu memang salah satu syarat salah satunya sekolah inklusi,” jelasnya.
Kata Roring, anak-anak difabel diterima di sekolahnya karena mereka ingin sekolah di SMP Kristen Tomohon.
“Mereka memang ingin sekolah di sini, makanya kami tidak tolak,” terangnya.
Roring juga menjelaskan, respons siswa lain terhadap siswa difabel juga baik karena sekolah memberikan edukasi.
Menurutnya, kelebihan dan kekurangan siswa memang sejak awal masuk sudah diketahui. Sebab pihak sekolah melakukan wawancara ke orang tua siswa bersama siswa pada saat mereka mendaftar.
“Saat pendaftaran, ada wawancara khusus. Jadi kami cari tau untuk kehidupan anak-anak hari-hari dia punya kelebihan, termasuk dia punya kekurangan. Kita siapkan format isian data siswa, jadi dari situ kita tau siswa ini kekurangannya apa,” ungkapnya.
Data itu kemudian dipaparkan ke guru-guru, termasuk wali kelas. Sehingga semua tau kondisi setiap siswa dan bagaimana dapat memiliki persepsi dan tindakan yang sama terhadap siswa tersebut.
“Sederhana saja, ada juga siswa yang pendengarannya kalah. Jadi otomatis dia harus duduk bagian mana. Pasti duduk di muka, sehingga kami tidak sembarang kasih dia duduk di mana. Ada juga anak yang matanya parah. Dia pura-pura lihat padahal pikiran kosong, tapi malu-malu untuk berterus terang,” terangnya.
Kata Roring, kasus seperti ini waktu lalu terjadi karena tidak melalui proses wawancara saat masuk.
“Karena waktu itu tidak diwawancara. Jadi seluk beluk riwayat anak itu kami tidak tau. Sekarang siswa yang masuk sekolah di sini kami wawancara dulu. Dengan begitu, kami bisa lihat anak-anak ada juga yang tidak bisa olahraga karena sudah dari orang tua bilang anak ini rawan jika olahraga. Sehingga kami juga lakukan pelayanan sesuai kebutuhan untuk anak itu sendiri,” bebernya.
“Walaupun kami di sekolah ada standar yang berlaku, tapi kami tidak bisa lebih untuk anak tertentu. Karena ada juga anak yang tidak bisa kena panas. Jadi kami tidak bisa kasih mengikuti upacara bendera misalnya,” tuturnya.
Roring menegaskan, SMP Kristen Tomohon menerima siswa divabel dan melayani mereka sama seperti siswa lainnya. Kebijakan itu juga sesuai petunjuk Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Tomohon. (Son)