Friday, July 26, 2024
spot_img
HomeLingkungan & KesehatanFPJI Sulut Memotivasi Perempuan Masa Kini, Gelar Diskusi Kartini-Maramis dan Donor Darah

FPJI Sulut Memotivasi Perempuan Masa Kini, Gelar Diskusi Kartini-Maramis dan Donor Darah

Manado – Semangat juang Raden Ajeng Kartini dan Maria Maramis menjadi motivasi bagi perempuan generasi masa kini untuk terus menggali potensi diri dan berkarya sesuai dengan bidangnya masing-masing.
Itulah yang menjadi dasar dari pelaksanaan Diskusi Kartini-Maramis oleh Forum Jurnalis Perempuan Indonesia Sulawesi Utara (FPJI Sulut) bekerjasama dengan Lokalate dan PMI Sulut yang digelar di NutriHub Manado, Selasa (26/4/2022).

Narasumber diskusi yang hadir yaitu, Dr Natalia Lengkong selaku akademisi Unsrat dan pengurus pusat PIKAT termuda, Adha Merilla selaku Videografer Underwater dan Dive Master, Mariska Maudi SIK selaku pengembang UMKM dan Priscillian Runtulalo yang adalah peraih medali emas cabor Paragliding PON Papua, Pingkan Giroth, atlit selam paragliging Sumatera Selatan, peraih medali PON.

Menariknya, sambil diskusi berlangsung turut dilaksanakan donor darah yang didukung penuh UTD Donor Darah Provinsi Sulawesi Utara.

Jalannya diskusi diawali dengan berbagi cerita dari para atlit dan pengembang UMKM tentang berbagai pengalaman yang dialami termasuk bagaimana menghadapi tantangan, apalagi para narasumber yang adalah para perempuan dengan berbagai latar belakang.

Foto : Ketua FPJI Sulut – Grace Wakary bersama pihak dari NutriHub Manado

Merilla mengatakan, dirinya hingga kini masih menemui banyak pertanyaan tentang kemampuannya dalam menyelam, selain karena dia seorang perempuan, Merilla juga memiliki postur tubuh yang terbilang kecil.

“Bahasa Manadonya banyak yang pandang enteng, mungkin karena badan kecil ya, apa mampu bawa peralatan yang berat-berat. Tapi kan kita sebagai perempuan harus bisa membuktikan. Kalau kita mau berusaha dan belajar kan pasti bisa. Apalagi dapat kesempatan untuk ada seperti sekarang, di dive master tentu bersyukur sekali,” ujar Merilla.

Hal serupa juga dikatakan Priscillian atau yang akrab disapa Pris. Memilih untuk menjadi pilot paralayang bukanlah pilihan yang mudah. Sebagai perempuan, masuk dalam olahraga yang kebanyakan dilakoni oleh laki-laki tentu punya tantangan sendiri. Peralatan paralayang yang juga berat seperti peralatan selam sering menjadi alasan yang digunakan untuk menganggap perempuan tidak mampu.

“Padahal kenyatannya kami mampu asal mau berusaha. Nah, pilot paralayang kan menerbangkan parasut dari ketinggian. Itu dia tantangannya yang akhirnya membuat saya tetap memilih jadi pilot paralayang bahkan jadi atlit. Jadi perempuan juga bisa,” kata Pris.

Mariska Maudy yang kini aktif menjadi konsultan untuk UMKM juga mengatakan, hal penting yang harus bisa dilakukan yaitu mengambil peluang.

Bagi yang berkarya di dunia olahraga, atau bidang apapun itu, menurut Mariska yang penting adalah berani mengambil keputusan dan menekuni apa yang sudah diputuskan.

“Berani mengambil peluang itu penting,” kata Mariska.

Selain pengalaman tersebut, ada juga pengalaman berjuang yang datang dari atlit selam Sumatera Selatan asal Manado, Pingkan Giroth. Pingkan harus berhadapan dengan perundungan hebat yang dialaminya karena batal ikut kompetisi di PON Papua padahal dirinya telah berada di Papua.

Keputusan berat tersebut akhirnya harus diambil oleh Pingkan setelah melalui pertimbangan yang matang termasuk keberlangsungan karirnya di dunia selam.

Pingkan mengungkapkan, dirinya mengalami sakit yang berhubungan dengan paru-paru dan itu tentu sangat berpengaruh pada penampilannya nanti yang pasti akan berdampak pada kontingen Sumatera Selatan.

“Akhirnya saya putuskan tidak turun di PON Papua meski sudah ada di sana, focus dulu pada kesehatan. Mending seperti itu daripada memaksakan diri, hal tentu akan buruk dan kondisi kesehatan yang pastinya akan membuat saya tidak bisa lagi nanti ikut PON. Jadi focus dulu untuk penyembuhan, meski kemudian harus mulai lagi dari awal,” jelas Pingkan.

Sayangnya, karena hal itu, Pingkan mendapat perundungan yang luar biasa, tidak hanya disampaikan secara langsung tapi juga lewat media sosial dan lainnya.

Hal yang tentu tidak mudah dilewatinya, tapi Pingkan menujukkan kedewasaan luar biasa dengan menerima semua tudingan dan kritikan yang diberikan kepadanya bahkan masih bisa membalas dengan santun.

“Mau bagaimana lagi kan, yang penting saya fokus dulu dan tetap berjuang, tetap berkarya,” kata Pingkan.

Kisah perjuangan yang disampaikan pun membuat Dr Natalia Lengkong mengatakan, setiap orang punya perjuangannya masing-masing sehingga tidak adil jika ada yang menyatakan bahwa yang 1 lebih hebat dari yang lain.

Apa yang dialami oleh para perempuan masa kini kemudian menjadi contoh bagaimana Radeng Ajeng Kartini dan Maria Walanda-Maramis berjuang di masanya.

“Keduanya punya latar belakang berbeda. Keluarga, daerah asal dan budaya serta tantangan yang dihadapi. Jawa dan Sulawesi tentu berbeda kan dan itu dihadapi oleh keduanya. Mereka berhasil dalam perjuangannya, lantas apa yang bisa kita lakukan sebagai perempuan masa kini? Buktikan,” kata Natalia.

Foto : Donor darah di NutriHub Manado.

Diskusi Kartini-Maramis ini terjalin atas kerjasama Forum Perempuan Jurnalis Perempuan Indonesia Sulawesi Utara (FPJI Sulut) dan NutriHub Manado, serta didukung oleh Ikatan Wartawan Online Sulawesi Utara (IWO Sulut), PT. MSM, PT Berlian Kharisma Pasific dan Q Master.

Kerjasama dengan Nutrifood memang telah terjalin sejak sejumlah kegiatan sebelumnya. Ini karena Nutrifood mengedepankan 4 pilar dalam setiap programnya, yaitu Health, Education, Green dan Inclusivity.

Sebagai perusahaan yang konsisten dan komitmen untuk membantu masyarakat Indonesia agar punya gaya hidup sehat, Nutrifood juga memberi dukungan penuh bagi generasi muda lewat komunitas-komunitas yang ada untuk bersinergi dalam berbagai program sesuai 4 pilar tersebut.
(***/Sian)

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisment -spot_img

Most Popular

Recent Comments