Tomohon – Hadapi persoalan sampah, Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP PKK) Kota Tomohon, dorong produksi eco-enzym. Pembuatan cairan alami serbaguna hasil fermentasi gula merah, sisa buah dan sayuran ini diyakini dapat memberikan banyak manfaat bagi kota dan masyarakat di kaki Lokon.
Hal itu dijelaskan Ketua TP PKK Kota Tomohon, drg. Jeand’arc Senduk-Karundeng, saat menyaksikan demo pembuatan eco-enzyme dari Jemmy Makasala dan tim, di kediaman keluarga Wali Kota Tomohon, Kelurahan Kakaskasen Dua, Kecamatan Tomohon Utara, Senin (13/09/2021).
“Tujuannya untuk menyelamatkan lingkungan, dalam hal ini bumi. Selama ini, sisa-sisa buah, sayur, yang sudah busuk di pasar dan di rumah-rumah, berakhir di TPA (Tempat Pemrosesan Akhir). Di TPA hanya menghasilkan bau busuk. Ketika bercampur dengan sampah lain di TPA, bisa menimbulkan gas metana,” kata Karundeng.
“Gas metana kita tahu bersama bisa menimbulkan efek rumah kaca. Efek rumah kaca ini yang menyebabkan pemanasan global. Pemanasan global atau global warming itu penyebab anomali cuaca, cuaca ekstrem. Itu semua efek dari rumah kaca,” jelasnya.
Diterangkan, mengurangi produk sampah dengan cara tersebut akan banyak manfaatnya.
“Dengan kita mengurangi produk-produk sampah yang tadinya hanya merusak lingkungan, justru hasil dari eco-enzyme banyak sekali. Dia bermanfaat untuk lingkungan. Contoh, ada pendangkalan danau, pendangkalan sungai, dia bisa mengurai bahan-bahan yang menimbulkan pendangkalan. Bakteri-bakteri yang merusak tubuh itu mati. Misalnya bakteri E.coli (Escherichia coli),” paparnya.
Karundeng memastikan, cairan eco-enzyme sangat banyak manfaatnya. Termasuk dapat menetralisir udara yang tercemar akibat asap rokok.
“Ada yang menjuluki eco-enzyme sebagai cairan sejuta manfaat. Ampas hasil produksi bisa jadi pupuk. Kita bisa semprotkan cairan eco-enzyme sehingga tidak perlu memakai cairan disinfektan yang kimia. Ini bisa berfungsi menjadi eifeiru air, pembersih udara. Contoh di satu tempat ada orang-orang merokok, semprotkan saja itu. Dia bisa menetralisir udara yang ada,” terang Karundeng, sembari menjelaskan jika penemu eco-enzyme Dr.Rosukon Poompanvong dari Thailand, tapi yang memperkenalkan secara luas adalah peneliti naturopathy dari Malaysia, Dr. Joean Oon.
Ditegaskan, untuk merealisasikan hal baik itu hanya butuh kesiapan masyarakat. “Ini menurut saya sangat baik sekali. Cuma masalah mau atau tidak, serius atau tidak, kita concern dengan keadaan kita atau tidak,” ucapnya.
Karundeng optimis, upaya memanfaatkan sampah pasar dan rumah tangga, akan ikut mengatasi persoalan lingkungan di kota Tomohon.
“Berapa banyak ton sampah yang kita hasilkan sehari. Di pasar saja berapa banyak sehari. Padahal sisa-sisa sayur dan tanaman lain bisa dibuat pupuk organik, tapi di pasar hanya busuk-busuk. Sisa-sisa ikan yang busuk juga bisa dibuat pupuk organik,” harap Karundeng.
Labih jauh Karundeng menjelaskan soal dampak buruk dari kesalahan pengelolaan sampah. Ia mengisahkan tragedi sampah di Leuwigajah, Cimahi, Bandung, tahun 2005 silam.
“Peristiwa 21 Februari 2005 itu akhirnya ditetapkan sebagai Hari Peduli Sampah Nasional. Waktu itu TPA di Leuwigajah meledak dan menimbulkan korban jiwa sampai 157 nyawa, 131 rumah rusak dan dua desa terdampak. Sekitar 8,4 lahan pertanian kena dampak. Bisa dibayangkan akibat yang ditimbulkan dari peristiwa itu. Kita tentu tidak mau itu terjadi di daerah kita. Bayangkan, kalau ukuran TPA Taratara, bisa sampai Woloan dampaknya,” kata Karundeng berefleksi.
Istri tercinta Wali Kota Tomohon ini pun mengajak masyarakat kota Tomohon untuk bersama saling medukung merealisasikan program tersebut, sebagai wujud kepedulian terhadap lingkungan dan masa depan anak-cucu.
“Siapa lagi yang mau concern dengan lingkungan kita kalau bukan kita sendiri. Bumi ini bukan warisan nenek moyang, tapi titipan anak-cucu. Jadi kita tidak boleh hanya ingat-ingat diri kita sendiri sekarang. Tapi bagaimana anak-cucu kita ke depan,” pintanya.
Ditegaskan,TP PKK Kota Tomohon nantinya akan menjadikan program pembuatan eco-enzyme dari sampah ini sebagai salah satu program penting untuk segera direalisasikan.
“Nanti kita jadikan program PKK dari Pokja Empat tentang kesehatan dan lingkungan. Kalau sampah hanya dari satu dua rumah tangga, mungkin cuma kecil. Tapi kalau kita mulai bersama, mengumpulkan dari banyak rumah tangga, akan besar hasilnya,” sebut Karundeng.
“Kita kan ada program dasawisma. Dari banyak rumah akan memungkinkan pembuatan eco-enzyme. Tidak memaksa semua harus mengumpulkan sampah ini, tapi seberapa yang ada. Dengan begitu, sampah bisa tertangani, udara jadi bersih, untuk kebaikan semua,” terangnya.
Kata Karundeng, sangat penting untuk membiasakan sesuatu yang baik dalam hidup.
“Jadi bagaimana membiasakan sesuatu yang baik. Jangan suka buang sampah sembarangan. Kembali ke masyarakat untuk menjaga lingkungan,” kuncinya. (Son)